Si Kaya dan Si Miskin

Amsal 13:7-8

Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya  banyak. Kekayaan adalah tebusan nyawa seseorang, tetapi orang miskin tidak akan mendengar ancaman. 

Jika diajukan pertanyaan, “Siapa yang mau jadi kaya?” Hampir semua orang akan mengangkat tangannya. Yang terlintas dalam pikiran umumnya adalah mendapatkan fasilitas, kemewahan, kenyamanan, diprioritaskan, tidak kalah gengsi, bisa jalan-jalan ke mana saja, membeli apa saja yang diinginkan, tidak diatur tetapi mengatur, dan seterusnya.

Umumnya, orang ingin mencicipi bagaimana rasanya menjadi orang yang paling kaya, paling berkuasa, paling terkenal, dan seterusnya. Setelah seseorang berada di puncak, ia akan menemukan ternyata di atas sana tidak ada apa-apa, kosong, dan sia-sia, demikian kata Sang Pengkhotbah.

Dalam sebuah ceramah, Ravi Zacharias berkata: “Bukan penderitaan yang membuat hidup seseorang terasa kosong dan membosankan, melainkan kesenangan yang tanpa batasan kekudusan.”

Bagaimana dengan orang miskin? Orang demikian, fasilitas hidup tentu sangat terbatas, apalagi kemewahan dan kemudahan, sangat jauh. Namun, bukan berarti tidak ada yang baik sama sekali. Perikop ini membahas tentang si kaya dan si miskin.

Ay.7a: “Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak mempunyai apa-apa.”

Untuk apa? Demi menjaga muka agar tidak dihina dan dianggap orang penting. Dalam zaman yang mementingkan materialisme, orang sering tertipu dengan penampilan yang wah. Orang demikian hidupnya penuh dengan kepalsuan. Tindakan kejahatan hanya tinggal selangkah lagi untuk dilakukan. Sangat melelahkan hidup bertopeng seperti ini.

Ay.7b: “… ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak.”

Apakah “berpura-pura” demi menghindari “todongan” orang lain? Mungkin saja. Mungkin juga karena sejak muda sangat susah dan setelah kaya tidak terbiasa menikmati fasilitas hidup – tidak bijaksana juga. Hidup juga perlu dinikmati walau ada batasannya. Namun, jika seseorang memilih untuk hidup sederhana walaupun sangat kaya, orang yang demikian hatinya tentram.

Ay.8 berbicara tentang orang kaya yang kekayaannya “bocor” karena teror dari orang-orang di sekelilingnya, sedangkan orang miskin tidak akan mempunyai masalah demikian.

Refleksi:

Jika hidupmu engkau gantungkan pada kekayaanmu, kerohanianmu akan miskin. Jika dalam kemiskinan hidupmu engkau tidak menyalahkan Tuhan, bahkan bersyukur, kualitas rohanimu baik.