Pagi ini saya menerima text WA dari salah seorang pembina di Fellowship in Manchester (IFMan) bahwa salah seorang jemaat dan juga “ibu” dari orang-orang Indonesia di sana, seorang missionaris kulit putih yang selama 30 tahun lebih melayani di Indonesia dan sangat mahir berbahasa Indonesia, telah berpulang ke pangkuan Bapa Sorgawi dalam usia tujuh puluh delapan tahun, Ibu Gwyneth Jones. Saya pernah berfoto dengan beliau ketika sedang mengunjungi kota Manchester dan berkhotbah di Fellowship ini.
Saya pribadi tidak terlalu mengenal Ibu Gwyneth dan hanya baru bertemu sekali. Namun, melalui pandangan dari orang-orang yang dekat dengannya, saya dapat merasakan kehidupan Ibu Gwyneth, bagaimana hidupnya yang sederhana, penuh kasih dan perhatian, tidak banyak menuntut, dan selalu bersedia melayani telah menjadi berkat bagi orang-orang yang mengenalnya. Kehadirannya yang “biasa-biasa” saja telah menjadikannya “ibu” bagi orang-orang yang dekat dengannya.
“Selamat jalan ibu Gwyneth tersayang, terima kasih untuk pelayanan ibu bagi kami, we will miss you so much. Sampai jumpa lagi nanti di rumah Bapa ya bu, peluk kami semua untuk ibu.”
Kata-kata ini cukup untuk menggambarkan betapa hidupnya dan kehadirannya telah menjadi sangat berarti bagi mereka yang telah merasakan kehadiran dan kesetiaannya yang menghangatkan suasana.
Memikirkan hal ini saya bertanya dalam hati, apakah yang membuat hidup ini menjadi berarti, menjadi indah? Apakah dengan uang yang sangat melimpah dalam tabungan? Menjadi orang yang terkenal? Menjadi tokoh yang sangat berkuasa? Memang engkau butuh uang yang cukup untuk hidup sehari-hari dan memiliki tabungan yang secukupnya bukanlah hal yang berlebihan. Dikenal orang banyak karena sesuatu manfaat yang baik yang engkau lakukan bukanlah hal yang buruk, dan memiliki otoritas demi membantu orang-orang lain yang membutuhkan pertolongan bukanlah hal yang tabu.
Sesungguhnya, yang membuat hidup ini berarti dan indah adalah ketika kehadiranmu menjadi berkat bagi orang-orang di sekelilingmu dan mereka yang mengenalmu menghormati, merasa dekat denganmu, dan menyayangimu dengan tulus. Hal ini terjadi ketika engkau menyentuh mereka dengan hatimu karena hanya hatimu yang dapat menyentuh hati orang-orang di sekelilingmu.
Engkau mungkin tidak bisa dan tidak perlu melakukan hal-hal yang besar dan hebat-hebat. Namun, ketika hati mereka telah tersentuh karena perhatianmu yang tulus, kehadiranmu yang menyenangkan dan tidak merepotkan banyak orang serta kata-kata dan tindakanmu yang mendorong orang lain untuk menjadi lebih mengasihi Tuhan dan sesama, hidupmu telah menjadi berarti, menjadi indah di mata mereka yang mengenalmu, seperti Ibu Gwyneth.
Refleksi:
Apakah hidupmu telah menjadi berarti dan indah di mata mereka yang mengenalmu? Indikasinya sederhana: Do they (or will they) miss you when you go?
Doaku:
Tuhan menjadikan hidupmu berarti dan Indah, dan memberikanmu anugerah untuk mewujudkannya.
Tuhan memberimu hikmat dan hati yang mengasihi-Nya dan mengasihi sesama.
Tuhan memberkati.