Amsal 15:19-24
Jalan si pemalas seperti pagar duri, tetapi jalan orang jujur adalah rata.
Anak yang bijak menggembirakan ayahnya, tetapi orang yang bebal menghina ibunya.
Kebodohan adalah kesukaan bagi yang tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai berjalan lurus.
Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak.
Seseorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!
Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah.”
Setiap orang dewasa berhak dan harus menentukan jalan hidupnya sendiri karena ia bertanggung jawab atas segala pemikiran dan perbuatannya. Memang, latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, dan trauma memengaruhi pilihan hidup seseorang. Namun demikian, ia tetap bertanggung jawab atas tindakannya dan bukan menyalahkan orang lain.
Pengamsal memperingatkan bahwa jalan hidup si pemalas seperti pagar duri. Malas tidak selalu identik dengan tidak mau bekerja tetapi juga mereka yang tidak mau mengembangkan diri dan berpikiran pragmatis (maunya cari yang gampang saja, cara yang sulit sedikit sudah ditolak). Tuhan tidak senang dengan orang yang tidak mengembangkan potensi atau talenta yang sudah diterima – ingat perumpamaan talenta. Orang yang membanggakan kebodohannya sendiri dan menganggap orang lain bodoh, ia yang merasa paling pintar sendiri sehingga tidak perlu lagi mendengar dan belajar dari orang lain, ia adalah orang yang tidak berakal budi (ESV: lack of sense).
Sedangkan orang yang jujur, jalan hidupnya rata (KJV: is made plain). Bukan berarti tidak ada kesulitan dan pergumulan tetapi jalan hidupnya sederhana, tidak kompleks dan berliku-liku (pagar berduri) seperti yang kerap ditemui dalam kehidupan orang yang tidak menghormati Tuhan. Mengapa? Karena hati, pikiran dan perkataannya tidak berjarak. Apa yang ia percayai itu juga yang dikatakan dan lakukan sehingga ia tidak harus berbohong demi menutupi kebohongan yang telah dibuat sebelumnya. Ia akan berhati-hati ketika melangkah dan menjalani hidupnya, dan selalu berpikir dampaknya terhadap dirinya dan orang lain. Dalam ketidakpastian hidup dan ketidakmengertiannya, ia mengarahkan pandangannya kepada Tuhan meminta pertolongan-Nya, dan Tuhan menolong.
Refleksi:
Berusahalah untuk hidup lurus dalam jalan Tuhan agar hidupmu tenang. Jangan pernah berpikir mengambil jalan pintas demi mendapatkan fasilitas kemudahan dan kemewahan yang bukan hakmu sekarang. Lebih baik hidup dengan hati nurani yang tenang daripada menikmati segala fasilitas tetapi hidup tidak tenang. Apa pun pilihan hidupmu, ingatlah, engkau bertanggung jawab atas segala keputusanmu.