Diampuni dan Mengampuni (Matius 6:15)

Q: Pak Erwin, saya punya kesulitan untuk menjelaskan ke jemaat:  “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6:15). Bagaimana menjelaskan ayat ini?

Ps. Erwin Mah

Jawab:

Pada perikop ini Yesus menekankan pentingnya mengampuni karena ada kaitan yang erat antara mengampuni orang lain dengan keselamatan (diampuni Tuhan). Ketika seseorang bersalah dan layak mendapat hukuman, ia memohon kepada Tuhan untuk mengampuni kesalahannya – atas ketulusannya Tuhan mengampuni. Dengan demikian ia menerima anugerah pengampunan dari Tuhan. Ketika seseorang melakukan kesalahan kepadanya, ia menolak untuk memberi pengampunan dan menuntut keadilan ditegakkan seadil-adilnya.

Jadi, ketika kesalahannya sudah diampuni dan ia menolak untuk mengampuni orang yang bersalah kepadanya, ia bersikap dualisme. Ia menuntut keadilan tanpa anugrah, padahal ia baru saja menerima anugerah yang ia tidak layak terima. Tanpa disadari ia telah mengolok-olok dan mempermainkan keadilan dan belas kasihan Tuhan. Sikap dualisme demikian jahat adanya dan Tuhan tidak terima. Maka, orang yang tidak mengampuni orang lain juga Tuhan tidak akan mengampuni mereka. 

Mungkinkah orang yang Tuhan ampuni, lalu ia tidak mau mengampuni orang lain, pengampunan Tuhan kepadanya dibatalkan? Cara berpikirnya bukanlah seperti ini. Yesus menggunakan kata pengandaian “jikalau” yang berfungsi sebagai sebuah pengingatan dan peringatan. Tidak harus terjadi dalam kehidupan orang beriman.

Misalnya, Seorang ayah berkata kepada anaknya: jikalau kamu menggunakan narkotika, hidupmu akan rusak dan engkau akan menyesalinya seumur hidupmu. Pernyataan ini berfungsi sebagai pengingat dan peringatan agar jangan melakukannya atau ia akan menerima konsekuensinya. 

Bagaimana jika seseorang mengaku atau merasa telah menerima pengampunan Tuhan tetapi ketika seseorang melakukan kesalahan besar kepadanya ia tidak mau mengampuninya seumur hidupnya, bahkan timbul kebencian yang dalam dan ia telah membunuhnya di dalam hati dan pikirannya, sesungguhnya orang ini belum benar-benar menerima pengampunan dosa dari Tuhan, karena jika ia telah menerimanya, ia pasti akan bergumul di hadapan Tuhan. Pasti! Ada tarik-menarik yang kuat antara kebencian hatinya dan dorongan lembut Roh Kudus yang terus menggugahnya, sampai akhirnya ia menyerah kepada pimpinan Tuhan.

Apa yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya merupakan prinsip yang dapat dan harus diaplikasikan dalam kehidupan orang beriman: jika Tuhan sudah mengampuni dosamu dan engkau sudah terima pengampunan Tuhan maka tidak ada ada alasan bagimu untuk tidak mengampuni orang lain yang bersalah kepadamu. Awalnya tentu realita ini sulit diterima dan hatimu akan terus tergoncang, khususnya ketika menyangkut hati yang telah dikecewakan dan dihancurkan. Bahkan tanpa pertolongan dan kekuatan Roh Kudus, hampir-hampir mustahil melakukannya dengan kekuatanmu sendiri. Akan ada pergumulan yang sangat-sangat berat menjalani proses ini dan bisa berlangsung selama berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan seumur hidupmu. Setiap hari yang engkau lewati akan terasa pahit, getir, dan hambar, dan hatimu akan terus terganggu olehnya sampai engkau memutuskan untuk (belajar) mengampuni. Namun, setelah melewatinya, engkau akan dengan lega berkata seperti Paulus: Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Filipi 4:13). 

Demikian, Q.

Keterangan:

Q adalah salah seorang hamba Tuhan yang sedang melanjutkan study S2 teologi di luar negri.