Q: Pak Erwin pernah berkata: “jangan umbar dosa ke publik” bisa tolong dijelaskan?
Apakah artinya kalau kita bersalah tidak selalu harus minta maaf secara terbuka ke orang yang bersangkutan? Selama ini saya berpikir harus terbuka total. Mohon pencerahannya.
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Kalau kamu bersalah kepada seseorang, Roh Kudus akan menyadarkan bahwa kamu telah melakukan kesalahan kepada orang tersebut. Jika Roh Kudus juga mendesakmu untuk meminta maaf kepada orang yang kepadanya kamu bersalah, jika tidak kamu lakukannya, hatimu akan menjadi resah. Maka untuk “mendamaikan” hati nuranimu, engkau mentaati Roh Kudus untuk minta maaf. Ini baik sekali. Tetapi perlu bijaksana untuk memperhatikan situasi dan kondisi yang tepat, misalnya tunggu sampai kemarahannya reda dulu, atau tunggu sampai situasi yang tepat untuk disampaikan, entah itu secara pribadi atau bawa teman/keluarga sebagai saksi engkau menyesali perbuatamu. Untuk bagian ini, jelas ya (saya harap).
Yang saya maksud dengan “jangan mengumbar dosa ke publik” adalah jangan membeberkan dosamu kepada orang yang tidak berkepentingan atau tidak ada urusan (berdampak) langsung atau tidak langsung dengan kesalahanmu karena kamu tidak tahu siapa mereka yang mendengarkan pengakuanmu. Jika orang tersebut senang isengin orang lain, tukang gosip, opportunist, atau orang jahat, apa yang kamu katakan bisa jadi dipakai untuk menyerangmu kembali, atau memerasmu.
Bersikap dan bertindak ”cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati, ” sangat diperlukan dalam situasi seperti ini.
Q: Jadi kalau mau minta maaf, kita melihat situasi orang yang kepadanya kita bersalah dan bukan terburu-buru minta maaf ya? Soalnya kadang-kadang situasinya dilematis. Ada kasus di mana orang itu bahkan tidak menyadari kita bersalah, tapi kitanya yang sadar duluan, itu bagaimana ya? Saya tahu memang tidak ada aturan bakunya tapi apakah prinsipnya tidak melulu harus terbuka 100%?
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Kalau ada api, jangan dekatkan bensin, bakal meledak. Kalau orang lagi emosi, jangan lakukan sesuatu yang membuat emosinya jadi meledak. Tulus meminta maaf itu penting, tetapi kalau waktunya tidak tepat hasilnya bukan damai, tapi jadi ramai. ?
Kalau orang tersebut tidak sadar, engkau menyadarinya dan segera meminta maaf, tindakan ini baik sekali. Artinya, jangan sampai ketangkap basah baru menyesal. Ini menyesalnya karena ketangkap. Kalau tidak ketangkap mah lakukan terus kesalahan.
Kalau kamu yang melakukan kesalahan tanpa kamu sadari, ketika ditegur ya kamu minta maaf. Kalau diomeli ya terima saja. Kan kamu yang salah (sadar atau tidak).
Tapi sekali lagi perlu bijaksana. Kalau tidak tahu apa yang harus dilakukan, diskusi dengan Hamba Tuhan atau orang yang lebih dewasa rohani.
Dalam aplikasinya tidak semudah yang ditulis karena kalau orang sudah emosi dan marah, garuk kepala yang gatal di depan dia saja juga bisa dianggap menghina dan menambah murkanya. ?. Persoalan menjadi tambah rumit kalau orang tersebut tidak mau memberi maaf.
Sebaliknya, jika seseorang bersalah kepada kita dan kesalahannya keterlaluan, rela segera memberi maaf? Kita semuanya bergumul, termasuk saya. Tuhan tolong.
Q: Ooo benar juga. Memang tidak mudah ya. Terima kasih Pak.
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Sama-sama.
Keterangan:
Q adalah salah seorang jemaat di sebuah gereja lokal di Jakarta.