Jangan Terlalu Saleh?

Q: Pak Erwin, mau tanya dong. Apa maksud dari Pengkotbah 7:16 “Jangan terlalu saleh”. Mohon penjelasannya. Terima kasih.

Erwin Mah

Jawab:

Pengkhotbah 7:16

Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri.

ESV: Be not OVERLY RIGHTEOUS, and do not make yourself too wise. Why should you destroy yourself?

Logika sederhana: 

Jika seseorang mempunyai hikmat, mungkinkah orang tersebut saking berhikmatnya, hikmatnya KELEBIHAN dan berubah menjadi negatif? Tidak mungkin. Seseorang yang semakin berhikmat, ia akan semakin tahu apa yang seharusnya ia bersikap, lakukan dan katakan, dan yang tidak seharusnya. Jadi, tidak ada istilah: kelebihan berhikmat dalam dunia ini. 

Lalu, apa yang dimaksud pengkhotbah “terlalu berhikmat” dalam ayat ini? 

Jawab: 

Dalam Perjanjian Lama, hikmat (righteous) tidaklah eksklusif merujuk kepada sifat etika atau moralitas. Dalam Perjanjian Lama, righteous juga merujuk kepada benar dalam kasus hukum. Sepertinya, inilah yang ada dalam pikiran penulis dalam ayat ini. Dalam kasus hukum seseorang yang merasa kasusnya benar dan ia berjuang “habis-habisan” untuk membenarkan kasusnya, atau berusaha untuk menang dalam setiap perdebatan. 

Pengkhotbah mengingatkan umat Tuhan untuk tidak terlalu “ngotot” mengejar pembenaran kasusnya walaupun ia benar (atau merasa benar). Ujung-ujungnya, ia hanya akan menghancurkan diri sendiri. 

Itu jugalah yang Paulus sarankan kepada jemaat Korintus dalam 1 Korintus 6:5-8, khususnya ayat. 7 

Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapa kamu tidak lebih suka dirugikan? 

(ESV: To have lawsuits at all with one another is all with one another is already a defeat for you. Why not rather suffer wrong? Why not rather defrauded?).

Kesimpulan: 

Kebenaran/bijaksana dalam Pengkhotbah 7:16 bukan merujuk kepada sifat moral/etika tetapi kebenaran dalam kasus hukum atau perdebatan. Jangan terlalu ngotot mau menang dalam setiap persengketaan (perdebatan). Ada kalanya engkau biarkan dirimu “kalah” dan membiarkan orang lain menang walau engkau benar. Peribahasa untuk ini: mengalah untuk menang. 

Keterangan:

Q adalah salah seorang jemaat sebuah gereja lokal di Jakarta.