Q: Pak Erwin, Yesus mengatakan: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Matius 5:44). Tetapi bagaimana mengasihi musuh sedangkan kita masih marah dan jengkel?
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Mungkin ada yang menjawab: itu kan perintah Tuhan, harus dijalankan. Mau taat atau tidak? Wah, menurut saya, jawaban ini sangat tidak manusiawi.
Apakah bisa rela mengasihi musuhmu yang engkau benci sampai ke tulang sumsummu? Lihat wajahnya saja mau muntah rasanya, boro-boro mengasihi. Jawaban jujur: tidak rela.
Ketika Tuhan Yesus mengatakan: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, apa maksudnya? Tuhan Yesus tidak mungkin memintamu untuk bermuka dua dan menjadi orang yang munafik kan? Sedangkan kerelaan tidak mungkin dipaksakan. Tuhan yang adil dan penuh kasih juga tidak akan memaksa.
Lalu, bagaimana mengerti kedua hal ini?
Alkitab mengatakan bahwa Tuhan membenci kejahatan (Mazmur 5:5; 11:5), tetapi Tuhan mengasihi orang jahat (berdosa) dan menginginkan mereka untuk bertobat (Roma 2:4).
Mengasihi kejahatan orang lain artinya sama saja dengan menyetujui kejahatan, dan tentu ini BUKAN maksud Yesus ketika meminta anak-anak Tuhan untuk mengasihi musuhnya.
Namun, ketika mengasihi orang jahat tetapi membenci kejahatan, itu mungkin dilakukan dan itulah yang Tuhan inginkan.
Kesulitannya adalah bagaimana memisahkan antara seseorang dengan kejahatan yang ia lakukan? Bukankah ketika melihat orang jahat, tampangnya mengingatkanmu akan kejahatannya padamu? Ini bukan perkara mudah, kecuali kalau engkau sudah “mati rasa”, ceritanya akan jadi berbeda. Orang-orang “normal” pasti akan merasakan kesulitan ini, anak-anak Tuhan tidak imun akan hal ini.
Untuk mengerti ini, mari perhatikan apa yang Yesus katakan (Yesus berbahasa aramik tetapi atas kehendak Tuhan perkataan-Nya diterjemahkan oleh penulis, dalam hal ini Matius, ke dalam bahasa Yunani). Yesus menggunakan kata “agape” untuk menyatakan ”kasih”, yang artinya ”kasih” tanpa syarat. Bedakan dengan ”kasih” yang menggunakan kata storge [kasih keluarga], fileo [kasih persaudaraan/persahabatan], dan eros [kasih romatis]. Sebenarnya relasi suami istri mencakup keempat jenis kasih ini, saat ini tidak dibahas sekarang.
Saya menginterpretasikan perkataan Yesus dalam Matius 5:44, demikian:
Yesus meminta agar engkau mengasihi musuhmu dengan kasih tanpa syarat (unconditional love). Artinya, engkau melihat orang jahat tersebut sebagai ciptaan Tuhan yang juga Tuhan kasihi dan yang Tuhan beri kesempatan untuk bertobat. Jika tidak, tentu Tuhan sudah matikan dia.
Di dalam aplikasinya, engkau mengasihi musuhmu bukan berarti engkau menyetujui kejahatannya kepadamu, melainkan engkau memberinya kesempatan dengan berbuat baik kepadanya dengan harapan, ia menyadarinya sebagai kesempatan untuk bertobat.
Maksudnya mengasihi musuhmu artinya engkau memperlakukannya sebagaimana layaknya seorang manusia diperlakukan, bukan dengan pura-pura, tetapi dengan sikap tulus dan menghormati Tuhan. Tentu bukan untuk menyenangkan musuhmu melainkan memperlakukannya selayaknya seorang manusia.
Apakah ini mudah dilakukan? Hanya orang yang “aneh” yang menganggap ini mudah. Jika engkau menganggap ini sulit dan hampir mustahil, memang itu sulit dan Tuhan mengerti kesulitanmu. Tetapi engkau harus menggumulkan perintah Tuhan ini untuk memperlakukan musuhmu dengan “manusiawi”, bukan berlebihan, berpura-pura atau “asal sudah lakukan” tetapi manusiawi.
Musuhmu artinya orang yang memusuhi engkau, bukan orang yang engkau musuhi. Anak-anak Tuhan diminta untuk tidak memusuhi siapapun kecuali kejahatan dari orang-orang jahat.
Misalnya:
Musuhmu mendadak jatuh sakit atau mengalami kecelakaan dan pada saat yang sama engkau ada di sana dan engkau dapat menolongnya. Maka dengan menolong musuhmu saat ia membutuhkan bantuan, engkau telah menggenapi perkataan Yesus dalam Matius 5:44.
Jika musuhmu telah melakukan kejahatan yang melanggar hukum negara termasuk memfitnah, menganiaya, KDRT dan sudah sampai membahayakan nyawa, itu sudah masuk ke ranah kriminal dan ia sudah menjadi musuh negara. Biarkan aparat negara yang menanganinya.
Menjawab pertanyaanmu:
Bagaimana mengasihi musuh sedangkan engkau masih marah dan jengkel?
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Tidak mudah tetapi bukan berarti tidak mungkin, dan jangan langsung menolak. Gumulkan di hadapan Tuhan dan minta pertolongan dan anugerah Tuhan agar engkau mampu melakukan perintah Tuhan Yesus untuk mengasihi musuhmu.
Jika engkau telah sungguh-sungguh menggumulkannya di hadapan Tuhan dan engkau masih belum mampu, berdoalah agar Tuhan memberimu belas kasihan. Sama seperti seorang perwira yang anaknya kerasukan, ia berkata: Tuhan aku percaya, tolonglah aku yang tidak percaya ini (help my unbelief – tolonglah ketidakpercayaanku) (Markus 9:24). Ini adalah doa yang jujur dan sungguh-sungguh. Tuhan mendengar dan menghargai doa yang jujur.
Jika setelah melewati pergumulan yang berat, akhirnya engkau mampu, ketahuilah, itu karena Tuhan telah berbelas kasihan kepadamu dan memberimu anugerah itu. Bersyukurlah kepada Tuhan untuk anugerah-Nya karena engkau tahu, dengan kekuatanmu pasti engkau gagal.
Kiranya jawaban ini menolongmu.
Tuhan memberkati.
Ps. Erwin Mah
Jakarta, 4 Juni, 2021.
Keterangan:
Q adalah salah seorang partisipan dalam sebuah group diskusi