Kenapa Tuhan Biarkan Umat-Nya Celaka?

Q: Pak Erwin, saya mau tanya tentang kedaulatan Tuhan dalam kebebasan manusia. Tuhan tahu umat-Nya mau celaka karena pilihannya sendiri, kenapa dibiarkan? Bukankah sifat Tuhan itu pengasih?

Ps. Erwin Mah:

Jawab:

Untuk mengerti topik kedaulatan Allah dan kebebasan manusia dengan tuntas, engkau perlu tahu karakter-karakter Tuhan dan natur manusia itu sendiri ketika ia diciptakan. 

Ringkasnya:

Manusia dicipta menurut rupa dan gambar Allah. Artinya, manusia memiliki sifat-sifat Allah dalam dirinya dan di antaranya adalah sifat moral: kebaikan, keadilan, kekudusan, kebenaran, kasih, dan sebagainya. Sifat moral memiliki paling tidak satu unsur mutlak yaitu kerelaan. Seseorang tidak mungkin mengasihi jika dalam dirinya tidak ada kerelaan yang memunculkan kasih dalam dirinya, dan sebaliknya, kasih memunculkan kerelaan; keduanya berjalan berbarengan. 

Untuk seseorang dapat memiliki kerelaan, maka ia harus dapat memilih. Robot tidak dapat memilih dengan kerelaannya sendiri karena setiap pilihannya didasarkan pada input dan algoritma yang ditanamkan pada dirinya. Manusia bukan robot. Ia memiliki kebebasan mutlak karena ia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. 

Kebebasan yang Tuhan berikan kepada manusia itu sifatnya mutlak. Tuhan tidak sedang main layang-layang di mana seolah layang-layang bebas terbang tetapi ujungnya dikendalikan pemiliknya. Manusia memiliki hak penuh atas kebebasan yang Tuhan berikan. Namun kebebasan ada batasannya disertai tanggung jawab dan konsekuensi. Kebebasan tanpa batas akan menjadi kebebasan yang liar. 

Pada manusia pertama: Adam, Tuhan memberi kebebasan kepada manusia untuk mengeksplore seluruh taman dan berbuat apa saja, kecuali satu hal,  (Ia memberi batasan) hanya satu hal, ia tidak boleh makan buah dari pengetahuan yang baik dan jahat. 

Mengapa Tuhan ciptakan pohon tersebut? Bukankah jikalau Tuhan tidak ciptakan pohon tersebut, maka manusia tidak akan jatuh dalam dosa? 

Jawabannya, justru dengan adanya pohon tersebutlah manusia menjadi manusia yang seutuhnya, memiliki kebebasan penuh: mentaati Tuhan yang adalah sumber hidup, atau melawan Tuhan, konsekuensinya: mati, karena ia terpisah dari Tuhan yang adalah sumber hidupnya. 

Menjawab pertanyaanmu:

1. Tuhan tahu umat-Nya mau celaka karena pilihannya sendiri, kenapa dibiarkan?

Ps. Erwin Mah:

Tuhan memberikan Alkitab untuk memandu hidup manusia. Ketika engkau mempelajari Alkitab sungguh-sungguh, mengerti dan menerapkannya dalam hidupmu sehari-hari, maka engkau akan hidup dengan baik dalam dunia ini. Bukan berarti tidak akan ada kesulitan, kita hidup dalam dunia yang telah “terkutuk” karena dosa. Namun dalam setiap kesulitan dan pergumulan, Tuhan akan tolong dan topang. Roh Kudus akan menyertai kemanapun engkau pergi dan apapun yang engkau lakukan. 

Jika engkau hidup seturut dengan prinsip-prinsip Alkitab, maka engkau akan hidup dengan baik. Umpamanya, Alkitab mengatakan pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik (1 Korintus 15:33). Maka, berhati-hatilah saat engkau bergaul. Ketika engkau tidak mentaati prinsip ini dan sembarang bergaul, umpamanya bergaul dengan orang-orang yang memakai narkoba atau yang senang berjudi, maka hidupmu akan menjadi rusak. Itu adalah kesalahanmu sendiri. Alkitab sudah memperingatimu.

Q: Kenapa Tuhan biarkan? 

Ps. Erwin Mah:

Lho, kan Tuhan (melalui Rasul Paulus) sudah ngomong, jangan sembarangan bergaul. Jika engkau melanggarnya, engkau akan menerima konsekuensinya. Tuhan memberi peringatan dan manusia bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, termasuk jika mencelakakan sendiri, dampaknya akan serius pada diri sendiri dan orang-orang yang mengasihinya. Secara fisik bertumbuh menjadi dewasa, manusia secara rohani dan mental juga harus bertumbuh menjadi dewasa.

Jika Tuhan cegah sebelum orang-orang melakukan sesuatu yang mencelakakan dirinya, maka seumur hidup manusia tidak akan pernah bertumbuh menjadi orang yang dewasa baik secara mental, maupun kerohanian.

Mirip seperti seorang anak yang dididik super protektif, semua yang dianggap akan merusak atau membahayakan anak tersebut dijauhkan, hingga ia dewasa. Setelah anak tersebut dewasa, ia tidak tahu bagaimana menjaga dan melindungi dirinya sendiri karena seumur hidupnya ia tumbuh dewasa dalam lingkungan yang super aman. 

Tuhan tidak menciptakan manusia untuk terus menjadi anak-anak. Sebaliknya, justru Ia merindukan setiap manusia ciptaan-Nya boleh mengenal-Nya dan dengan segala kerelaan mengasihi dan menyembah-Nya. 

Tuhan sudah super baik dan peduli dengan memberikan kitab suci yang sangat-sangat hebat, agar engkau boleh mempelajarinya dan mendapatkan bijaksana darinya. Dan, Ia memberikan Roh Kudus untuk membimbing dan mengarahkanmu.

Ketika engkau pertama sekali percaya kepada-Nya, Roh Kudus masuk ke dalam hidupmu dan membangunkan Hati Nuranimu, memurnikannya hingga terangnya bercahaya, membuat engkau semakin sensitif terhadap dosa dan menjauhinya. Ketika engkau berbuat dosa, Hati Nuranimu menegurmu dan mendorongmu untuk bertobat. 

Tuhan tidak membiarkanmu. Ia memakai segala upaya untuk menegur dan mengingatkanmu. Namun Ia juga tidak akan menghentikanmu ketika engkau tetap ngotot untuk berbuat dosa karena Ia menghargai kebebasanmu yang mutlak. 

Ingat cerita Daud dan Batsyeba? 

Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ”Itu adalah Batsyeba binti Eliam, isteri Uria orang Het itu.” (2 Samuel 11:3). Perhatikan: 

1. Binti Eliam

2. Istri

3. Orang Het

Tuhan memberikan tiga lapis peringatan kepada Daud. (Mengenai ketiga hal ini tidak saya bahas sekarang karena penjelasannya terlalu panjang). Daud akhirnya memutuskan untuk “menabrak” semua peringatan Tuhan. Akibat pelanggaran itu, Tuhan menghukum Daud. Juga, rentetan masalah yang tidak habis-habisnya muncul sebagai dampak dari dosa ini.

Q: Bukankah sifat Tuhan itu Pengasih?

Ps. Erwin Mah:

Benar, Tuhan itu Pengasih. Namun jangan lupa, Tuhan itu juga Adil. Kasih Tuhan dibatasi oleh Keadilan Tuhan, dan sebaliknya. Lagian, Tuhan bukan pengasuhmu yang akan terus menjagamu seperti seorang bayi. Tuhan ingin engkau menjadi dewasa dan bertanggung jawab atas semua tindakanmu. 

Tuhan menjanjikan kepada umat-Nya bahwa Ia akan menyertaimu. Dan Tuhan ingin engkau memiliki bijaksana dan bertanggung-jawab terhadap seluruh sikap, perkataan dan perbuatanmu. Lalu dengan semua ini mengasihi-Nya. Sebagai ekspresi kasihmu kepada-Nya, engkau mengasihi sesamamu dan melakukan segala perintah-Nya dengan segala kerelaan. 

Semoga menjawab dan dicerahkan.

Ps. Erwin Mah

Jakarta, 26 Feb 2021.