Kesulitan Hidup: Ujian Atau Hukuman Tuhan?

QKo Erwin mau tanya:

Pertama: Bagaimana kita tahu secara spesifik kesulitan hidup ujian dari Tuhan atau hukuman Tuhan?

Kedua: Bagaimana kita menjadi sahabat yang baik saat melihat saudara seiman tertimpa pergumulan hidup yang berat di mana justru banyak orang menyalahkannya? Saya banyak menemui kayak kasus Ayub di gereja saya dulu. 

Jawab:

1. Bagaimana kita tahu secara spesifik kesulitan hidup ujian dari Tuhan atau hukuman Tuhan?

Ps. Erwin Mah:

Dalam banyak situasi, kita tidak tahu. Ayub sendiri juga tidak tahu kalau apa yang terjadi padanya adalah karena dikerjai oleh si setan.

Secara umum, kesulitan hidup yang terjadi pada kita bisa disebabkan:

  1. Karena dosa kita
  2. Karena dosa orang lain
  3. Pencobaan si Iblis
  4. Ujian dari Tuhan
  5. Dampak dari hukum alam
  6. Dampak dari hukum aksi-reaksi
  7. Dampak dari hukum rohani

Siapa pun dan apa pun penyebabnya, Tuhan sanggup mengubahnya menjadi kebaikan bagi kita (Roma 8:28). Ingat kasus Yusuf, manusia mereka-reka kejahatan, Tuhan menjadikannya untuk kemuliaan-Nya. Selama kita terus bergumul di dalam Tuhan dan iman kita tidak mundur, Tuhan akan menyertai kita bahkan ketika melewati lembah kekelaman.

Sisi lain, kita juga instropeksi, jika merasa karena kesalahan kita di masa lalu atau merupakan dampak langsung atas kebodohan kita, ya kita harus bertobat dan memohon belas kasihan Tuhan serta pertolongan-Nya untuk membereskan segala sesuatu. Jika kita merasa tidak melakukan sesuatu yang salah, minta kekuatan Tuhan untuk tabah dan kuat menghadapi ujian yangTuhan izinkan terjadi dalam hidup kita.

2. Bagaimana kita menjadi sahabat yang baik saat melihat saudara seiman tertimpa pergumulan hidup yang berat dimana justru banyak orang menyalahkannya?

Ps. Erwin Mah:

Beberapa saran untuk menjadi sahabat yang baik untuk teman yang ditimpa kesulitan:

  1. Jadi pendengar yang baik
  2. Jangan asal memberikan nasehat kecuali engkau tahu persis permasalahannya
  3. Arahkan ia untuk bergantung pada Tuhan, bukan pada dirimu. Ingat, jangan membuat ia bergantung kepadamu, tetapi kepada Tuhan. Jangan jadi “juruselamat” baginya
  4. Ajak ia untuk sama-sama menggumulkan firman Tuhan dan menghidupinya. Ajak berdoa bersama
  5. Jika ia bersalah, ia harus bertobat dan tegur dengan sungguh-sungguh berempati
  6. Pastikan ia tahu, hatimu dan doamu menyertainya
  7. Nantikan pertolongan Tuhan bersama. Terus follow-up dari waktu ke waktu tetapi jangan setiap hari. Ingat, jangan membuat ia bergantung kepadamu tetapi kepada Tuhan

Demikian, beberapa masukan sederhana. Tentu banyak cara yang lebih baik dan setiap kasus berbeda. Tuhan beri hikmat.

Demikian, Q.

Keterangan:

Q adalah seorang peneliti S2 lulusan salah satu universitas di Inggris.