Q: Pak, saya bingung apa yang dimaksud dengan “menghormati orangtua” di Alkitab. Saya coba untuk bisa menghormati orangtua dengan mengikuti kemauan mereka, tetapi kan saya nggak mau ikut-ikut saja. Saya juga punya pendapat sendiri.
Juga, orangtua terlalu sensitif sehingga mudah marah dan tidak bisa diajak diskusi. Bagaimana ya Pak?
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Setiap kali saya mendengar pertanyaan seperti ini, saya selalu menarik nafas panjang. Dulu saya adalah anak dan sekarang saya (juga) adalah orangtua, dengan begitu saya mengerti pergumulan anak dan juga memahami bagaimana seharusnya menjadi orangtua agar anak-anakku tidak harus mengalami “pergumulan” seperti pertanyaan ini.
Kepada anak:
Menghormati orangtua sangatlah penting diajarkan sehingga Tuhan memasukkannya ke dalam 10 perintah Allah, hukum ke-5
Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu (Keluaran 20:12).
Yesus juga mengatakan, tidak ada alasan engkau tidak memelihara orangtuamu ketika mereka sudah tua. Jangan jadikan kerohanian dan pelayanan sebagai alasan, Tuhan tidak terima.
Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya: Apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri.
Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.” (Matius 15:3-9)
Sudah banyak artikel dan khotbah yang membahas bagian ini, jadi saya tidak perlu bahas lagi.
Berbicara kepada orangtua:
Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya (Kolose 3:21).
Dalam keseharian terdengar bahasa orangtua yang menyakiti hati anak seperti ini:
– Dasar anak tidak tahu diri, kurang ajar, tahunya main saja
– Bodoh sekali kau, mati sajalah kau
– Rugi/sial aku punya anak seperti kamu
– Kamu kok nggak bisa kayak anak si itu (tetangga, sepupuh, dll. )…
Dan sebagainya.
Kata-kata ini akan menyerang hati anak dan membuatnya sangat tersakiti dan membuatnya kecewa dan tawar hati.
Alkitab katakan, Hai bapa-bapa (mewakili orangtua) jangan lakukan itu.
Bagaimana menyeimbangkan kedua hal ini bukanlah perkara mudah tetapi sangat mungkin dilakukan. Mintalah pertolongan dan bijaksana Tuhan untuk mengaplikasikannya.
Menjawab pertanyaanmu:
1. Apa yang dimaksud dengan “menghormati orangtua” di Alkitab?
Jawab:
Menghormati orangtua artinya engkau mengakui otoritas mereka atasmu, menghargai apa yang mereka ucapkan dan sarankan, sedapatmu menuruti yang mereka inginkan serta menolong ketika mereka membutuhkan bantuan.
2. Saya coba untuk bisa menghormati orangtua dengan mengikuti kemauan mereka, tetapi kan saya nggak mau ikut-ikut saja. Saya juga punya pendapat sendiri.
Jawab:
Ketika engkau masih belum kuliah, sedapat mungkin, turuti nasihat orangtuamu. Namun, jika engkau punya pendapat yang berbeda, sampaikan dengan cara yang sopan dan hormat. Memang sulit jika orangtua tidak mau atau tidak terbiasa mendengar pendapat anak. Doakan agar Tuhan memberimu hikmat untuk bagaimana dan kapan yang terbaik untuk menyampaikan pendapatmu kepada orangtuamu.
Namun, apabila engkau sudah memasuki kuliah dan apalagi sudah selesai, engkau seharusnya punya hak untuk memutuskan sendiri hidupmu karena engkau sudah dewasa. Namun, dalam kultur asia, tentu ada pertimbangan-pertimbangan yang lain, apalagi secara keuangan engkau masih bergantung kepada orangtua. Mintalah hikmat dari Tuhan bagaimana harus deal dengan orangtuamu apabila ada perbedaan pendapat.
Silakan diskusi dengan Hamba Tuhan pembimbingmu tentang situasi yang engkau hadapi (setiap orang situasinya berbeda dan mempunyai faktor x yang berbeda juga, tidak bisa di-generalisasi-kan).
Kepada orangtua:
Anakmu tidak akan selamanya menjadi anak. Suatu saat mereka akan menjadi orang dewasa yang harus menentukan keputusan dan arah hidupnya sendiri. Tugasmu sebagai orangtua adalah ketika ia masih kecil (sebelum kuliah), persiapkan dia untuk belajar mengambil keputusan sendiri, dimulai dari hal yang sederhana hingga hal yang beresiko lebih besar, termasuk dalam hal keuangan dan mencari pasangan hidup. Jangan terus “menguasai” hidupnya dan melakukan segala sesuatu untuknya sehingga ia menjadi lumpuh dan tidak tahu bagaimana harus berpikir, bersikap, dan bertindak bijaksana. Apalagi ketika ia sudah berumah tangga, engkau tidak lagi berhak untuk mencampuri hidupnya. Ini adalah prinsip Alkitab.
Kejadian 2:24
Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.
Ketika ia sudah menikah, tanggung-jawabmu sepenuhnya sudah “selesai” dan mereka akan mempunyai tanggung-jawab sendiri. Apapun yang terjadi dengan keluarganya adalah tanggung-jawabnya sendiri. Engkau hanya bisa memberikan pendapat dan mereka berhak untuk tidak mengikutinya jika mereka rasa tidak sesuai dengan situasi mereka.
Namun, pastikan ketika anak-anakmu masih kecil engkau telah mendidik mereka untuk menghormati Tuhan, menjunjung tinggi kitab suci dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip Alkitab, walau mungkin jatuh bangun.
3. Juga, orangtua terlalu sensitif sehingga mudah marah dan tidak bisa diajak diskusi. Bagaimana ya Pak?
Jawab:
Harus diakui, menghadapi orangtua sendiri yang “tidak mendengar” keluhan anak adalah situasi yang sangat sulit. Mintalah hikmat dan pertolongan dari Tuhan dan diskusikan dengan pembimbing rohanimu bagaimana seharusnya bersikap dan bertindak dengan bijaksana.
Kepada orangtua:
Janganlah persulit anakmu dengan permintaan-permintaan yang akan menyusahkan hati mereka. Ingat, mereka juga punya pikiran dan pendapat sendiri. Jangan gunakan otoritasmu yang disertai dengan ancaman/kutukan karena tindakanmu akan “melumpuhkan” mereka. Kasian anak-anak. Mereka jadi susah hati. Satu sisi ingin mentaati firman menghormati orangtua. Namun di sisi lain mereka juga punya pendapat yang berbeda.
Saran saya: Selama pendapat mereka tidak membahayakan dan merugikan siapapun, belajarlah untuk mendengar. Jika pendapat mereka (mungkin) lebih baik dari pendapatmu, belajarlah untuk terbuka dan mempertimbangkannya. Jangan kuatir jika engkau harus “mengalah”, engkau tetap akan dihormati karena engkau orangtuanya. Bagaimanapun juga anak membutuhkan approval dari orangtua. Itu adalah sebuah kebutuhan.
Demikian.
Keterangan:
Q adalah seorang anak remaja dan bergereja di sebuah gereja lokal di Jakarta.