Q:
Pak Erwin, saya mau tanya, manusia jatuh dalam dosa karena godaan setan (yang adalah malaikat yang telah jatuh dalam dosa), sedangkan malaikat jatuh dalam dosa siapa yang menggodanya?
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Manusia jatuh dalam dosa karena:
1. Setan menggoda dan menipu – manusia yang mengambil keputusan untuk ikut/tolak suara setan
2. Manusia dalam keadaan yang ”siap” digoda.
Manusia merasa “penasaran” akan larangan Tuhan tetapi tidak berani melangkahi larangan Tuhan. Lalu Setan (dalam wujud ular) membujuk dan mengelabui dengan membalikkan perkataan Tuhan dan me-redefinisikan kembali apa yang telah Tuhan definisikan. Manusia tahu, tetapi karena sudah kadung penasaran dan niat sudah ada, begitu “diarahkan” Setan, gayung bersambut. Manusia MEMUTUSKAN untuk tidak mematuhi Tuhan demi memenuhi rasa inginnya seperti bujukan Setan, yaitu menjadi seperti Tuhan, yaitu (secara pengalaman) tahu mana yang baik dan jahat. Sebelumnya manusia hanya mengetahui dosa secara kognitif (pengetahuan) saja karena diperintahkan oleh Tuhan.
Seperti orang yang digoda dengan makanan enak kesukaannya: kalau sangat kenyang, pasti tidak akan tergoda. Tetapi karena sedang lapar, di “colek” (ditawarkan) sedikit saja langsung disambut.
Sedangkan malaikat, dalam Yesaya 14 dituliskan bahwa ia jatuh dalam dosa karena KEINGINANNYA SENDIRI untuk menjadi seperti Tuhan, ingin disembah dan dimuliakan seperti Tuhan. Ia tidak digoda tetapi ia membiarkan keinginannya MENGUASAINYA, dan melawan Tuhan.
Kedua contoh di atas memberikan indikasi adanya kebebasan (freedom) baik manusia maupun malaikat untuk menyembah Tuhan atau melawan Tuhan. Bedanya, malaikat tidak mempunyai tubuh fisik, sedangkan manusia terdiri dari tubuh dan roh. Setan adalah roh, yang dalam aspek tertentu melebihi manusia.
Manusia bukan hanya roh tetapi juga tubuh. Roh saja tidak menjadikan manusia itu manusia, tetapi roh dan tubuh, ini baru namanya manusia. Anugrah keselamatan Tuhan berikan kepada manusia yang berdarah dan daging, sedangkan kepada setan dan pengikutnya, Tuhan tidak memberikan anugrah keselamatan dan ini hak prerogatif Tuhan, kepada siapa Ia mau berikan, Ia berikan.
Ada yang mengatakan Tuhan tidak memberikan keselamaan kepada Setan karena Setan jatuh dalam dosa dalam “kondisi” kekekalan, sedangkan manusia mempunyai daging yang bersifat sementara. Pemikiran ini ada yang setuju, ada yang tidak. Silakan saja. Berbeda pendapat dalam teologi ini tidak akan mempengaruhi keselamatanmu.
Q: Jadi, artinya kita tidak boleh salahin oknum kedua dong (Setan), tapi salahin keinginan daging sendiri atau kemauan sendiri?
Erwin Mah:
Oknum kedua (Setan) tetap bersalah karena ia menggoda dengan maksud jahat untuk menjerumuskan. Tuhan menghukumnya sesuai kesalahannya. Namun, kita juga bersalah karena kita sendiri “rela” terjerumus dalam godaan.
Ibaratnya seperti ini:
Jika kita percaya berita hoax, kita bersalah, kenapa tidak dicheck dulu kebenarannya sebelum percaya? Sedangkan pembuat berita hoax juga pasti bersalah, tetapi BUKAN karena ia telah membuat kita percaya berita bohong, melainkan ia tidak menyatakan berita yang sebenarnya. Jadi, dua-duanya dihukum tetapi dengan kesalahan yang berbeda. Demikian juga manusia yang digoda setan, dua-dua Tuhan hukum dengan kesalahan yang berbeda seperti contoh di atas.
Q: Ok paham. Terima kasih, Pak.
Ps. Erwin Mah
Jakarta, 21 Mei 2021
Keterangan:
Q adalah salah seorang jemaat sebuah gereja lokal di Jakarta.