Mengapa Tuhan Membiarkan Kejahatan dan Orang Jahat Terus Ada?

Ps. Erwin Mah

QMalam Ko, mau nanya dong. Ketika Manasye memerintah, banyak hal jahat yang dilakukannya. Tapi kenapa Tuhan tidak melakukan apapun untuk menghentikan kejahatan itu sampai selama 55 tahun pemerintahannya? (Merujuk Meditasi 2 Raja-raja 21)

Ps. Erwin Mah:

Beberapa pemikiran yang berkaitan dengan pertanyaan ini:

  1. Pemikiran umum, Tuhan adil; seharusnya orang yang jahat disikat habis dan orang baik dipelihara. Jika pemikiran ini Tuhan benar-benar terapkan, tidak ada satupun dari kita yang selamat, termasuk para pendeta. Siapa yang tidak pernah berdosa? Lalu kita membela diri, kan kita tidak SEJAHAT si ITU. Relativisasi kejahatan kita tidak meniadakan bahwa kita telah berlaku jahat di mata Tuhan. Besar dan kecil kejahatan tetaplah kejahatan di mata Tuhan yang kasih, adil, benar, suci dan sempurna.
  2. Jika kita bisa “berbuat baik” pun, karena Tuhan memberikan anugrah-Nya dengan membangkitkan hati-nurani kita. Hati-nurani yang terbangun akan menyadarkan bahwa manusia itu mulia dan berharga (apapun agamanya, tetapi dalam Alkitab kita tahu bahwa manusia mulia dan berharga karena manusia dicipta sesuai dengan rupa dan gambar Allah).
  3. Manusia diciptakan dengan “kebebasan mutlak” untuk bertindak atas kehendaknya sendiri. Tetapi Tuhan berpesan, jika engkau tidak taat, engkau akan “mati” dalam ketidak-taatanmu (merujuk kepada kejadian di taman Eden dan memprojeksikannya pada kehidupan manusia seterusnya).
  4. Hidup manusia dalam alam ciptaan Tuhan bersifat oranganik, artinya apa yang terjadi dengan 1 orang akan berdampak pada hidup “seluruh” semesta, langsung ataupun tidak langsung. Dan, Tuhan mempunyai “kairos” (kejadian tertentu dalam waktu yang tertentu) yang sempurna dalam hidup setiap manusia, khususnya hidup umat-Nya. Ia memilih waktu tertentu untuk bertindak dengan cara: memimpin, menahan, atau membiarkan orang bertindak sesuai kehendak manusia itu sendiri. Siapa yang mengambil keputusan dan bertindak dalam hidup manusia (termasuk kita)? Manusia itu sendiri. Tuhan memimpin, menahan, atau membiarkan, tetapi keputusan dan tindakan manusia berasal dari manusia itu sendiri karena manusia memiliki kebebasan, termasuk kebebasan melawan penciptanya sendiri.
  5. Dalam setiap intervensi Tuhan, tujuannya selalu saja untuk menggenapkan rencana-Nya yang sempurna; dan Kristus, kehidupan dan dampak inkarnasi-Nya (terhadap manusia, khususnya umat Tuhan) adalah kegenapan rencana Tuhan.

Dengan pemikiran di atas, maka menjawab pertanyaan Q:

  1. Manasye adalah Raja Yehuda. Kejahatan Manasye Tuhan biarkan agar kejahatan Yehuda mencapai puncaknya dan Tuhan “punya alasan yang cukup” untuk menghancurkannya. Standard kecukupan tentu dari Tuhan sendiri.
  2. Mengapa Tuhan membiarkan Manasye memerintah dengan jahatnya selama 55 tahun dan “tidak terjadi apa-apa” sedangkan anaknya Amon yang baru memerintah 2 tahun dibunuh oleh orang-orang yang sudah tidak tahan kepada pemerintahan Manasye? Secara manusia, Manasye adalah raja yang berpengalaman dan kejam, sedangkan Amon raja yang masih muda dan lebih mudah ditaklukkan. Tentu lebih mudah memberontak pada zaman Amon. Dalam pandangan teologi, kita hanya bisa mengatakan Tuhan melihat itu waktu yang tepat untuk menggoncang kembali kerajaan Yehuda. Untuk apa? Agar kerajaan ini semakin melemah, hingga akhirnya dihancurkan oleh Kerajaan Babilon tahun 586SM.
  3. Kalau begitu Tuhan tidak adil dong terhadap Amon. Begitu kita berpikir seperti ini, kita kembali merelativisasikan kejahatan. Ingat, standard kebaikan adalah Tuhan sendiri. Lagipula, dunia ini bersifat oranganik. Kejahatan seseorang akan berdampak kepada yang lain, termasuk mereka yang “baik”. Ketika Kerajaan Yehuda dihancurkan, Nabi Habakuk juga tertawan. Bedanya adalah, Tuhan akan memberikan penghiburan sorgawi bagi umat-Nya sehingga mereka mempunyai kekuatan untuk bertahan dan mempertahankan imannya walau nyawa sebagai taruhannya. Paulus berkata: Hidup bagiku adalah Kristus dan mati adalah keuntungkan (Filipi 1:21).
Keterangan:

Q adalah seorang jemaat Katolik lulusan S2 di salah satu universitas di Inggris.