Q: Shalom Ko Erwin…saya mau tanya tentang slogan yang bermunculan di sekitar kita, “Time is money”. Apakah benar slogan itu menurut Alkitab? Bukankah waktu itu miliknya Tuhan? Mohon penjelasannya Ko Erwin. Terimakasih.
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Waktu adalah ciptaan Tuhan yang sangat unik. Waktu (dan Ruang) mewadahi seluruh ciptaan Tuhan, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan (Time and Space). Namun, Tuhan sendiri tidak “dikuasai” waktu ciptaan-Nya. Ia di luar kungkungan “waktu”.
Istilah “Time is Money” pertama sekali dicetuskan oleh Benjamin Franklin (1748) dalam sebuah essay yang ditujukan kepada pedagang muda (young tradesman) mengenai prinsip ekonomi. Franklin berkata:
“Remember that time is money. He that can earn ten shillings a day by his labour, and goes abroad, or sits idle one half of that day, though he spends but sixpence during his diversion or idleness, it ought not to be reckoned the only expence; he hath really spent or thrown away five shillings besides.” (sumber: https://books.google.co.uk/books?id=QZkiAAAAMAAJ&q=%22time+is+money%22&rediresc=y&hl=en#v=snippet&q=%22time%20is%20money%22&f=false)
(1 Shilling = 12 pence; 6 pence. = ½ shilling)
Terjemahan bebas:
Seseorang yang bekerja dengan upah 10 shilling per hari, lalu ia menganggur tidak bekerja selama ½ hari, walaupun ia hanya jajan ½ shilling hari itu, ia sebenarnya rugi 5 shilling karena ½ hari waktunya terbuang menganggur dan ia pulang hanya dengan membawa 5 shilling. Waktu yang terbuang = uang yang terhilang. Dalam konteks ini, waktu = uang.
Inti yang saya tangkap dari ungkapan Benyamin Franklin:
Ia ingin mengubah mindset atau paradigma (cara berpikir) orang-orang pada zamannya, khususnya para pebisnis muda agar tidak merasa puas dengan apa yang telah ia hasilkan dan karena merasa sudah cukup, sisa hari digunakan untuk bermalas-malasan dan berleha-leha. Sesungguhnya ia bisa menghasilkan uang lebih banyak jika saja ia lebih rajin berusaha. Irit tidak identik dengan produktif.
Pada zaman ini, istilah “Time is Money”-nya Benyamin Franklin di-redifinisi-kan kembali sehingga berbeda artinya dengan maksud pencetus aslinya. Permasalahan dengan orang-orang zaman postmodernisme ini, prinsip ini diberlakukan dalam semua aspek hidup karena segala aspek hidup di “reduce” menjadi seberapa banyak uang yang engkau miliki atau dapat engkau miliki. Seolah-lah uanglah yang menjadikan hidup itu hidup. Sederhananya, hidup = uang dan uang = hidup.
Dampaknya, orang-orang berusaha mendapatkan uang sebanyak mungkin dengan pemikiran dengan uang yang banyak ia dapat membeli/memperoleh hidupnya. Seluruh waktu dalam hidupnya dipergunakan untuk mendapatkan uang.
Menurut pengajaran Alkitab, ini adalah PRINSIP HIDUP YANG FATAL DAN SIA-SIA.
Alkitab mengajarkan:
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun (Mazmur 90:10a).
Katakanlah jika masa hidup manusia secara umum 80 tahun, ketika ia berumur 40 tahun, sisa hidupnya tinggal ½. Jika berumur 70 tahun, sisa hidupnya tinggal 10 tahun lagi (kalau tidak ada interupsi seperti kecelakaan fatal, penyakit mematikan, dsbnya). Jadi, WAKTUnya = HIDUPnya. Begitu waktunya (80 tahun) habis, maka hidupnya juga SELESAI, menandakan hidup manusia begitu singkat dan terbatas.
Dengan uang, engkau dapat membeli FASILITAS hidup, tetapi BUKAN HIDUP itu sendiri; dua hal yang sangat berbeda. Fasilitas seperti makanan yang lebih mahal, pelayanan yang lebih berkelas, barang-barang yang harganya fantastis dan mewah, dsbnya. Seberapa mewah dan hebatpun fasilitas hidup, hidup tetap terbatas.
Itu sebabnya Musa berkata:
Ajarilah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12).
Artinya, jika engkau boleh menyadari bahwa waktu manusia ada limitnya, maka engkau akan mengatur waktumu dan hidup dengan baik sehingga hidupmu tidak terbuang sia-sia, dan hidup yang paling berarti adalah hidup yang MENGGENAPKAN RENCANA TUHAN sesuai panggilan Tuhan kepadamu.
Demikian.
Keterangan:
Q adalah seorang mahasiswa yang ketika pertanyaan ini diajukan, sedang menempuh study Master Degree di Inggris tahun 2018.