Ps. Erwin Mah
Q: Pak Erwin, bagaimana pendapatmu tentang video ini yang sangat memuji pendidikan anak-anak di Jepang?
https://www.youtube.com/watch?v=A2_G8VFgqdA (akses 10 Juni 2021)
Ps. Erwin Mah
Jawab:
Tanggapan saya setelah melihat cuplikan video: Why Japanese kids are different from the rest of the world?
Salah seorang anak didik rohani saya saat ini sedang tinggal dan belajar S3 di Jepang. Ia mendapati orang-orang Jepang “dingin”, tidak peduli dan tidak mau tahu urusan orang lain dengan mentalitas: yang penting saya tidak mengganggu kamu, kamu diharapkan tidak menggangu saya. Mayoritas “stick by the rule”, dan rules nya banyak sekali, tertulis dan yang tidak tertulis. Bagi orang asing sangat sulit untuk beradaptasi dengan baik. Sangat sulit baginya bertemu dengan orang yang “kind”, kalau orang yang “ikut aturan” sampai ke detail nya itu memang banyak dan umum.
Penilaian dari anak rohani saya ini sangat mungkin subjektif dan kenyataannya tidak semua penduduk Jepang asli demikian dan mungkin mereka atau orang-orang asing yang pernah tinggal lama di sana (bukan jalan-jalan) tidak merasakan hal yang sama. Mungkin saja.
Saya pernah mendengar bahwa ada data statistik dari negara-negara yang tingkat bunuh dirinya sangat tinggi, salah satu negara tersebut adalah Jepang. Iseng-iseng google dengan keywords “japanese suicide rate” dan hasilnya luar biasa banyak. Salah satunya ini:
Disebutkan, yang paling menderita biasanya adalah perempuan.
Lalu saya menganalisa dan mencoba mengkaitkan video di atas yang “sangat memuji” anak-anak Jepang (dari pandangan orang asing) dengan kenyataan di lapangan, dan hasilnya: ada dampak yang tidak terlihat (saat itu) ketika ia memperhatikan kebiasaan-kebiasaan didikan anak-anak Jepang. Tentu ada hal positif dan banyak, tetapi dampak negatif juga tidak bisa dikesampingkan dengan tutup sebelah mata karena realitanya tingkat bunuh diri sangat tinggi.
Analisa saya:
1. Sejak kecil anak-anak dididik dengan disiplin yang ketat dan peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tentu ini hal yang baik tetapi sifatnya: mass production. Sesuatu yang dihasilkan secara massal ya hasilnya akan menjadi “rata-rata”, walaupun rata-ratanya bisa saja sangat “tinggi” bahkan sempurna. Namun, manusia TIDAK BISA diperlakukan demikian tanpa menimbulkan side effect dikemudian hari yang merusak. Setiap orang DIHARAPKAN berlaku hal yang sama dan tahu sama tahu, tetapi setiap manusia punya keunikan tersendiri yang terkadang “nyeleneh” tetapi bukan berarti jahat. Kalau jahat ya sudahlah, itu kriminal dan sudah di luar pembicaraan. Mass production akan sangat sulit menerima perbedaan.
2. Saya dan keluarga akhir tahun 2020 baru kembali dari Scotland yang nota bene: Christian culture is embeded in the society, dan pendidikan sekolah dasar anak-anak saya didapatkan di sana. Saya harus mengakui pendidikan dasarnya sangat-sangat bagus, sangat manusiawi dan setiap anak sangat dihargai baik pribadinya maupun pendapatnya. Salah satu program sekolah adalah setiap beberapa bulan sekali mereka ke taman untuk pungut sampah. Juga, yang dipuji didepan kelas bukanlah siapa yang nilainya tertinggi, paling pintar, atau paling hebat tetapi siapa yang paling ramah (kindness), paling rela menolong temannya (Caring). Yang pilih guru dan teman-temannya sendiri. Anak-anak saya berani bersuara mengeluarkan pendapatnya dan pada saat yang sama peduli dengan yang lain. Kepribadiannya muncul tetapi juga peduli dengan sekitarnya. Kalau anak-anak lagi malas, apapun tidak mau dikerjakan sampai bapak dan mak nya ngomel-ngomel. Biasa, kita dulu juga pernah jadi anak-anak ?. Untuk SMP sudah beda lagi, lebih kompleks karena anak-anak sudah mulai remaja.
Kesimpulan:
1. Disiplin untuk anak-anak itu perlu dan wajib, baik di rumah maupun di sekolah
2. Mentalitas yang dididik secara “mass-production” mempunyai side effect yang akan terlihat kemudian di masyarakat.
3. Pendidikan yang terbaik adalah mengizinkan pribadi setiap anak dimunculkan dan prinsip-prinsip Alkitab diterapkan: baik (kind), peduli, berani mengeluarkan pendapat dan tetap menghormati/menghargai orang lain.
Demikian pendapat saya.
Tuhan memberkati,
Ps. Erwin Mah
Jakarta, 29 Mei 2021
Keterangan:
Q adalah salah seorang partisipan dalam sebuah group diskusi WA