Yesus Menebus Dosa Manusia, Menebus pada Siapa?

Q: Pak Erwin, Yesus datang menebus dosa manusia, menebus pada siapa? Ada yang mengatakan menebus dari tangan iblis. Kalau bukan, penjelasannya bagaimana?

Erwin Mah:

Jawab

Saya akan menjawab dalam bahasa dan contoh sederhana dengan harapan dapat dimengerti.

1. Pada mulanya, Tuhan yang Mahamulia dan yang adalah sumber kemuliaan menciptakan manusia dengan rupa dan gambar-Nya. Manusia adalah mahluk yang mulia dan yang termulia di antara semua ciptaan Tuhan karena ia dicipta menurut rupa dan gambar-Nya. Binatang dan ciptaan yang lain TIDAK ADA yang dapat menandingi kemuliaan manusia. 

2. Malaikat yang juga adalah ciptaan Tuhan berbeda kemuliaannya dengan manusia. Malaikat adalah messanger atau pesuruh (kurir) Tuhan yang bertugas menyampaikan “pesan” Tuhan kepada manusia. Statusnya beda dengan manusia yang jelas dikatakan diciptakan menurut rupa dan gambar-Nya, bermateri (daging) dan memiliki roh dari Tuhan.

Alkitab mencatat ada 3 penghulu malaikat: 

– Gabriel, 

– Michael dan 

– Setan (Alkitab tidak menyebut siapa nama dari Setan. Setan artinya penuduh atau pemberontak. Lucifer bukanlah nama Setan melainkan sebuah istilah yang diasosiasikan dengan Bintang Timur (Yesaya 14:12), dan hanya terdapat dalam terjemahan King James dan Geneva Bible, atau ada lagi yang lain?). 

Sedangkan manusia (yang telah ditebus Kristus) adalah anak-anak Allah (Roma 8:14-15).

3. Ketika manusia jatuh dalam dosa, kemuliaannya menjadi “berkurang” (Roma 3:23). LAI menterjemahkannya dengan kata: kehilangan kemuliaan Allah, namun ESV menterjemahkannya dengan kata fall short (berkurang atau tidak lagi utuh, bukan lost: hilang).

Pada awal penciptaan, kemuliaan yang Tuhan berikan kepada manusia adalah sempurna (sebagai manusia ciptaan yang kemuliaannya sempurna). Ketika manusia jatuh dalam dosa, kemuliaannya menjadi “hilang” sebagian atau kemuliaannya tidak lagi sempurna. Ia bukan lagi manusia yang kemuliaan-manusianya “penuh”. Namun kemuliaannya tidak hilang seluruhnya karena manusia tetap adalah manusia yang “mulia”.

Pertanyaan yang salah: hilang ke mana, karena kemuliaan tidak hilang ke mana-mana, melainkan kemuliaan manusia tidak lagi penuh.

Contoh “kehilangan” kemuliaan:

Ada seorang konglomerat yang pintar, baik, sopan, suka menolong, dan tidak segan-segan membela mereka yang ditindas. Setiap orang yang melihatnya sangat memuji dan mengagumi dan “memuliakan”nya. Suatu saat ia kedapatan menganiaya dan menyiksa pegawainya dan setelah diselidiki ternyata ia telah sering dan secara sadar melakukannya. Pada saat itu juga, rasa kagum kepadanya “hilang”, dan ia tidak lagi dilihat sebagai konglomerat yang mulia. Ke mana hilangnya kemuliaannya? Tidak hilang ke mana-mana. Ia tetap konglomerat tetapi kemuliaannya tidak lagi bersinar

Dalam bahasa aslinya (Yunani), fallen short menggunakan kata Hamartia, yang artinya missing the mark, yaitu tidak tepat sasaran. Manusia tidak lagi bersikap dan bertindak tepat sasaran sebagaimana seharusnya manusia yang penuh kemuliaan, melainkan menjadi manusia berdosa yang telah kehilangan kemuliaannya. Sifat, sikap dan tindakannya tidak lagi sepenuhnya mencerminkan sifat, sikap, dan tindakan sebagai manusia yang serupa dan segambar dengan Tuhan. 

4. Tuhan berkata: pada saat engkau berdosa (hamartia), engkau pasti mati karena upah dosa adalah maut, yaitu terpisah dengan Allah yang mulia, yang adalah sumber hidup manusia, selama-lamanya. Manusia yang tidak sempurna (Matius 5:48) tidak mungkin bersama-sama dengan Tuhan yang Sempurna. 

Berbicara tentang jenis-jenis dosa, secara garis besar, ada 2 jenis dosa: 

– dosa aktif (melakukan apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan)

– dosa pasif (tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan)

Setelah manusia jatuh dalam dosa, secara rohani (dan perlahan tapi pasti, juga secara jasmani) ia mati. Untuk menghidupkan kembali kerohaniannya, ia perlu ditebus kembali. 

Kata “tebus” bisa diartikan sebagai “digantikan” atau dihidupkan kembali. Karena hidup terletak pada darah maka manusia yang telah mati hanya bisa digantikan dengan nyawa kehidupan yang lain, yaitu nyawa binatang. Itu sebabnya dalam korban penebusan dosa, darah dipercikkan sebagai lambang tebusan dosa manusia. Namun begitu manusia telah ditebus, ketika ia berdosa lagi, maka ia harus ditebus kembali. Itu sebabnya penebusan dosa manusia dilakukan terus-menerus karena manusia terus berdosa. Tidak ada cara lain. 

Satu-satunya jalan untuk dapat menebus manusia yang berdosa adalah jika Allah menjelma menjadi manusia dan darah-Nya dipercikkan untuk membersihkan atau “menggantikan” manusia yang lama dengan menjadikannya manusia baru, selamanya (once and for all). Itu sebabnya Allah oknum kedua inkarnasi menjadi manusia untuk “menebus” manusia yang berdosa. Inkarnasi dan Salib adalah satu-satunya jalan bagi penebusan dosa manusia secara tuntas. Tidak ada jalan lain. Konsep penebusan ini dijelaskan dalam Ibrani 9 dan seterusnya. 

Jadi, ketika Kristus menebus dosa manusia, ia bukan membayar kembali “hutang” manusia kepada “seseorang” dan juga bukan membayar kepada Setan (Setan sendiri juga tidak memiliki kemuliaan Tuhan) atau membayar kepada siapapun melainkan Ia menghidupkan kembali manusia yang mati karena dosa (kehilangan kemuliaan Tuhan dalam dirinya). Kristus berkuasa menghidupkan kembali manusia karena Ia adalah Allah yang Hidup dan yang Kekal. Ia yang adalah sumber hidup mampu memberikan hidup kepada manusia. Manusia yang ditelah ditebus Kristus, kemuliaan mereka kembali menjadi “penuh”, bukan karena kemuliaannya telah bersinar kembali melainkan karena ia sekarang menjadi reflektor kemuliaan Kristus yang hidup dalam dirinya. 

Demikian.

Ps. Erwin Mah

Jakarta, 2 Juli 2021

Keterangan:

Q adalah salah seorang jemaat sebuah gereja lokal di Jakarta.